1.
Tugu
Tani
Patung
Pahlawan (dikenal juga dengan Tugu Tani) adalah patung yang melambangkan seorang ibu yang melepas
anaknya ke medan pertempuran. Patung ini adalah karya pematung kenamaan Uni
Soviet, Matvey Genrikhovich Manizer,
dibantu oleh putranya Ossip Manizer.
Beberapa lama di tahun
1963 ia menyelesaikan patung tersebut. Lalu setelah selesai sempurna, patung
tersebut dikirimkan ke Jakarta melalui kapal laut, diberikan sebagai tanda persahabatan Moskow-Jakarta. Patung
tersebut akhirnya ditempatkan di Menteng, dan diberi judul Patung
Pahlawan. Soekarno melengkapi karya ini dengan membubuhkan kata-kata “Hanja Bangsa Jang Menghargai Pahlawan
Pahlawannja Dapat Menjadi Bangsa Jang Besar” yang bermakna
bahwa “Bangsa yang Menghargai Pahlawannya Adalah Bangsa yang Besar”.
Petuah bijak tersebut, patut dipelajari oleh minimal warga Jakarta dan tak lupa
sikap peduli terhadap kekuatan nilai sejarahnya yang tak usang dimakan oleh
waktu.
Letak dan
daerah patung Tugu Taniè di
jalan
Prapatan (Jalan Menteng Raya), Jakarta Pusat, Jakarta, Indonesia
2.
Monumen
Gamelan
Letak dan daerahnyaèdi Jl Gamelan Kraton, Yogyakarta.
Sebuah bangunan monumen yang terdiri dari relief,
dan di atasnya berdiri patung Gamelan (perawat kuda)
bersama kuda. Monumen ini dibangun untuk mengenang sekaligus melestarikan
tempat bersejarah di kampung Gamelan. Kampung Gamelan ialah tempat bersejarah
sehubungan rencana Serangan Umum 1 Maret.
Monumen
Perjuangan Gamel namanya, monumen yang dibuat sebagai persembahan ucapan terima
kasih akan jasa pahlawan Abdi Dalem Gamel pendahulu kampung Gamelan dan
perjuangan kampung Gamelan. Diresmikan pada tanggal 9 Oktober 1991 oleh Sri
Sultan Hamengku Buwono X. Meskipun itu terletak disekitaran rumah warga,
monumen itu sangat terawat dan bersih dari sampah dan coretan-coretan.
Pada
Monumen itu terlihat relief-relief yang
bercerita mengenai aktifitas warganya pada saat berperang, upacara dan pada
saat masyarakat mengolah kekayaan alamnya. Pada Monumen tersebut terlihat pula
sketsa pembagian sektor wilayah pada tahun 90an.
3.
Monumen
Jalesveva Jayamahe (Monjaya)
Sosok
perwira menengah berpangkat kolonel, berpakaian lengkap menatap ke arah laut
mewakili generasi bahari yang akrab di sanubari masyarakat Surabaya. Monumen
Jalesveva Jayamahe (Monjaya) dengan ketinggian 31 meter, berdiri di atas
bangunan setinggi 29 meter itu bukan hanya tetenger TNI AL semata. Patung itu
juga berfungsi sebagai mercusuar pemandu bagi kapal-kapal yang melintas di laut
sekitarnya.
Monumen
Jalesveva Jayamahe (Monjaya) dibangun sejak 1990 dengan biaya Rp 27 milyar.
Patung inipun disebut-sebut tertinggi kedua di dunia setelah Patung Liberty
yang berada di mulut pelabuhan New York, dengan ketinggian 85 meter. Monumen
Jalesveva Jayamahe (Monjaya) sang kolonel itu berangka baja dan berkulit
tembaga, dirancang oleh pematung kenamaan asal Bandung, Nyoman Nuarta.
Pendirian
monumen diharapkan dapat menambah semaraknya Ujung Surabaya, yang berarti ikut
menambah indahnya Surabaya sebagai kota Pahlawan dengan sang kolonel sebagai
ikon kebanggaannya. Di pelataran Monumen Jalesveva Jayamahe (Monjaya), terdapat
sebuah gong besar yang dibuat dan diresmikan bersamaan dengan patung Monjaya.
Gong raksasa tersebut berdiameter 5 meter, tebal 6 milimeter, berat 2,2 ton.
Gong tersebut biasa disebut Kiai Tentrem.
Komentar
Posting Komentar