Kamu
Sekuat Aku”
Novel kamu sekuat aku, merupakan karya dari Ashni Sastrosubroto. Novel ini bercerita tentang pengalaman pribadi seorang Ashni melawan penyakit Leukimia ALL yang di deritanya. Perawatan yang dilakukan selama 2 tahun, mampu dia lewati dengan susah payah. Dan selama 2 tahun itu pula, dia harus berjuang melawan penyakitnya, dan terutama melawan maut yang menghadangnya. Dan keberhasilan itu dia dapatkan berkat keinginan dan cita-citanya yang besar untuk memiliki masa depan yang cerah, dan mampu membahagiakan orang tuanya.
Derita Ashya, mulai dari muntahan yang selalu
dikeluarkannya setiap selesai makan, sampai tubuh yang semakin menyusut tidak
menyurutkan cita-citanya untuk menjadi sarjana Desain Komunikasi Visual, sebuah
hadiah yang dipersembahkannya untuk ibu dan bapaknya setelah hampir dua tahun
merawatnya. Dua tahun melawan kanker? Dengan semua obat-obatan,
suntikan-suntikan, banyaknya aturan, dan banyaknya tekanan yang dialaminya,
tentunya bukanlah sesuatu hal yang mudah untuk dijalani. Terutama karena
banyaknya prosedur yang harus dilaluinya selama melawan kanker.
Awalnya,
setelah pemeriksaan penyakitnya, tanpa mengetahui penyebabnya, dia dibawa ke
Singapur untuk berobat. Rumah Sakit sudah meyakinin, penyakit yang dialaminya
cukup langka untuk anak seusianya, karena dia menderita Leukimia ALL, sebuah
penyakit yang biasanya dialama oleh orang dewasa. Sedangkan saat itu usianya
baru 20 tahun, dan dia baru saja hendak berangkat ke Malaysia untuk
menyelesaikan program kuliahnya.
Hampir
6 bulan di Singapur, kondisi tubuhnya semakin menurun. Berat badannya hanya 27
Kg, sementara tinggi sekitar 150 cm. Sedikit-demi sedikit, dia tak mampu
berjalan, dan hanya menggunakan kursi roda. Dengan bantuan Mama, Papa, Tante,
serta pembantu yang sudah seperti keluarga, dia menjalani pengobatannya di
Singapur. Semua yang menjanganya, memiliki giliran untuk menjanganya, karena
Asya, yang biasa di panggil Acha, masih memiliki 2 orang adik di Bandung, yaitu
Fadli dan Mimi.
Salah
satu musibah yang menimpanya lagi. Pacarnya, yang sesekali mengunjunginya di
Singapur dengan bantuan keluarga Acha, yang bernama Adri, ternyata selingkuh
selama Acha di Singapur. Adri selingkuh karea dia takut jika dia menih dengan
Acha, keturunannya akan menderita penyakit seperti Acha, tanpa dia ketahui
bahwa penyakit Acha bukanlah penyakit menular.
Acha
tak punya banyak waktu memikirkan Adri. Untuk memikirkan dirinya saja, dia
sudah tak mampu. Seiring berjalannya waktu, tubuhnya semakin melemah. Berbagai
macam kemoterapi mulai dijalaninya. Dimulai dari kemoterapi yang berefek
muntah-makan-muntah, lalu menggugurkan seluruh bulu yang ada di tubuhnya, serta
kemoterapi yang membuatnya memiliki nafsu makan yang tinggi, namun hanya
membuat pipinya tembem, sedangkan bagian tubuh yang lain, tetap kurus
kerempeng.
Lama
kelamaan, dia mulai menjauh dari tuhan. Padahal, sebelum dia sakit, dia mulai
mendekatkan diri kepada Tuhan. Dia seolah tak mengharapkan hidup lagi. Walaupun
sahabatnya, Siska dan Lian dan seluruh keluarganya menasihatinya, termasuk Kak
Reza, namun dia merasa sudah tak pantas lagi percaya pada Tuhan. Dia mulai
mengeluh. Dan melupakan Tuhan.
Sempat
beberapa kali dia kembali ke Bandung. Dan disaat kedua dia kembali ke Bandung,
dia mulai sadar, dia sadar bahwa tindakannya menjauhi Allah SWT sangatlah
salah. Semakin dia melupakan dan menjauh dari-nya, semakin besar penyakit yang
dideritanya. Akhirnya, dia mulai mendekatkan dirinya pada Allah SWT.
Saat
mulai menyadari kesalahannya, dia semakin menyadari berartinya hidupnya.
Teman-temannya yang berada di Bandung, terutama sahabat-sahabat SMAnya, semakin
rajin mendekatinya, mengiriminya surat, dan emngajaknya chat maupun sms-an. Dia
semakin merasa tak sendirian.
Dan
terakhir kali dia ke Bandung, dia sudah yakin betul dengan hidupnya. Maka saat
kembali ke Singapur, dia mulai mendekatkan diri kepada Allah. Adiknya, Fahri,
yang menemaninya saat itu, karena Papa
dan Mamanya sedang ada urusan. Papanya sedang sibuk mengurus kantor,
sementara Mamanya mengurus Mimi yang hendak menjalani operasi Amandel.
Saat
itu, tiba-tiba kepalanya terasa pusing, dan akhirnya dia pingsan. Saat dibawah
ke Rumah Sakit, dia sudah tak sadarkan diri. Saat tak sadarkan diri itulah dia
bermimpi tentang keadaan nyawanya. Dan dari mimpi itulah, dia akhirnya sadar
akan tujuan hidupnya.
Setelah
melewati masa kritisnya, dia mulai menata hidupnya lebih baik, mulai
mendekatkan dirinya pada kebenaran, mengakui setiap kesombongan serta kesalahan
yang selama ini diperbuatnya. Dan saat dia memasrahkan dirinya kepada yang
kuasa itulah, dia mulai melihat hasilnya. Tubuhnya sedikit demi sedikit mulai
membaik. Rambutnnya mulai tumbuh, dan dia sudah tak merasakan sakit yang
hampuir setiap hari menderanya. Dan akhirnya, dia di ijinkan untuk kembali ke
bandung.
Dan
setelah itu, dia mulai memperbaiki hidupnya. Dia melanjutkan kuliahnya yang
sempat tertunda selama 2 tahun. Janjinya untuk sukses sebagai balasannya atas
perjuangan orang tuanya, baik secara materi maupun secara moral dan waktu.
Walau
harus memulai kuliah dan terpisah dengan sahabta-sahabatnya, akhirnya dia pun
berhasil menyelesaikan kuliahnya di ITB, universitas yang juga merupakan tempat
Papanya menyelesaikan kuliahnya. Maka denga ini, lunaslah utang yang hendak dia
bayarkan apad kedua orang tuanya.
Komentar
Posting Komentar